Kamis, 10 November 2011

Punk Muslim, Ketika Idealisme Punk Melebur dengan Islam

 
Siapa yang menyangka kehidupan jalanan ternyata tak seburuk yang dibayangkan. Di antara segerombolan pengamen, anak-anak jalanan, pedagang asongan, yang kerap diidentikkan dengan minuman keras, ngelem (menghirup aroma lem aibon), narkoba, free sex, dan sebagainya, masih ada setitik cahaya yang memberikan harapan bahwa dakwah di kalangan yang dianggap termarjinalkan ini masih ada dan mungkin dilakukan. Salah satunya adalah komunitas yang menamakan diri mereka Punk Muslim.
Punk Muslim berdiri pada Ramadhan 1427 H, hampir 3 tahun lalu, yang digagas oleh seorang Budi Khoironi, yang akrab dipanggil Buce. Buce yang jebolan pesantren ini menganggap masih ada harapan untuk memperbaiki kondisi pemuda yang berada di komunitas punk yang sudah telanjur dianggap hidup tanpa orientasi, antikemapanan, dan meninggalkan agamanya.Susah payah Buce merangkul anak-anak punk dan mengajak mereka kembali ke Islam, agama yang sebagian besar dianut oleh komunitas ini. Pilihan Buce untuk hidup di jalanan adalah pilihan untuk menyentuh objek dakwah yang tak pernah disentuh, yaitu anak-anak jalanan. Keprihatinan dan kesukaan Buce terhadap musik dan kesenian sempat dituangkannya dalam sanggar kesenian bernama Warung Udix Band, sekitar 8 tahun lalu. Di sanggar inilah, anak-anak jalanan berkumpul untuk latihan band sekaligus belajar mengaji. Namun ternyata, kedekatan Buce dengan komunitas punk dan anak jalanan tidak berlangsung lama karena Allah swt memanggil Buce pada Mei 2007. Buce meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Sebelum meninggal, Buce telah menitipkan amanah untuk membimbing dan mengasuh komunitas punk dan anak jalanan tersebut kepada Ahmad Zaki.
Buat Zaki, bergaul dengan komunitas punk dan anak jalanan ternyata tak semudah yang dibayangkan. Pada awalnya, dirinya pun tidak diterima oleh komunitas punk tersebut, tapi dengan usaha yang keras, Zaki pun dapat melanjutkan tongkat estafeta dari Buce yang diembankan kepadanya. Kuncinya hanya satu, Zaki selalu mengingat pesan Buce untuk tidak menggunakan bahasa-bahasa yang terlalu elit dan bersifat menggurui kepada komunitas itu. Walhasil, dalam percakapan, kata lu-gue sudah jadi unsur wajib dalam bahasa yang mereka gunakan selayaknya sahabat, bukan antara guru dengan murid.
Zaki melanjutkan usaha Buce dengan menggelar pengajian rutin untuk anak-anak jalanan mulai 1428 H, seminggu dua kali, yaitu malam Selasa untuk belajar membaca Alquran, dan malam Jumat untuk kajian keislaman yang sifatnya diskusi dan berbagai ilmu tentang Islam. Menurut Zaki, panggilan hatinya untuk membimbing anak-anak punk kembali ke Islam lebih besar daripada janjinya kepada Buce untuk membina anak-anak punk tersebut. Walhasil, meskipun jumlah peserta pengajian anak-anak jalanan tersebut berkurang dari 50 orang hingga menjadi 20 orang, Zaki tetap optimis karena itu adalah sunnatullah. Peserta pengajian itu berasal dari berbagai profesi, usia, dan latar belakang pendidikan, seperti ada yang hanya tamat kelas 2 SD hingga S1, berusia 15 hingga 28 tahun, dan ada yang berprofesi sebagai pedagang asongan, pengamen, pelukis, bahkan pemahat patung, ada yang laki-laki dan ada pula perempuan. Jumlah yang sedikit itu tetap dioptimalkan Zaki untuk tetap mengingatkan mereka agar menghindari hal-hal negatif dan menanamkan nilai-nilai akhlak Islami. Salah satu upaya Zaki adalah dengan memanajemen band 'warisan' Buce bernama Punk Muslim.
Punk Muslim (PM) beranggotakan Ambon, Asep, Mongxi, dan Lutfi. Dahulu, Buce sempat menjadi vokalis Punk Muslim sebelum dia wafat. Sepeninggal Buce, PM sebagai sarana dakwah anak-anak punk memfokuskan tujuannya kepada dua hal, yaitu gerakan (movement) dan musik. Selain pengajian, PM lebih menggali gerakan dan konsep musiknya lebih dalam agar sarat makna dan kualitas yang lebih baik. PM telah mengeluarkan album pertama bertajuk Soul Revolution dan sebanyak 1000 kaset album tersebut dibagikan gratis kepada para peminat band yang beraliran campur-campur ini: ngepunk, ngerapp, bahkan kadang etnik.
Punk Muslim telah manggung di beberapa mal dan kampus, seperti Pangrango Plaza, Margo City, ITC Cempaka Mas, Univ. Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Univ. Negeri Jakarta. Selain itu, PM juga melayani permintaan untuk pentas di komunitas punk, sekolah-sekolah, dan pengajian rutin.
Kepiawaian PM dalam bermusik diasah setiap malam Jumat di rumah Ambon di sekitar Vespa, Pulogadung, yaitu dengan latihan rutin. PM juga dijuluki Nasyid Underground karena aliran musiknya yang banyak menyuarakan syair Islami tapi dengan gaya punk. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, banyak kalangan yang dapat menerima gaya bermusik Punk Muslim hingga permintaan albumnya pun membludak. Kini, PM sedang merampungkan album kedua.
Zaki sebagai pengasuh PM pun melakukan berbagai variasi kegiatan untuk komunitas ini, seperti mabit tiap dua bulan sekali, tafakur alam setiap tahun, dan rekrutmen. Selain kegiatan tersebut, PM juga kebanjiran agenda silaturahim, bulan lalu, PM jaulah ke komunitas punk di Indramayu yang juga merasakan hidayah untuk kembali ke Islam dengan meneladani PM di Jakarta.
Salah satu PR bagi Zaki dalam pembinaan komunitas punk ini adalah meluruskan paradigma pergaulan yang lekat pada sebagian besar anak-anak punk, misalnya soal free sex. Sebagian anak-anak punk mengakui telah melakukan dosa besar dan ada pula yang menikah karena telah hamil. Ada pula yang menjalani proses pernikahan dengan seorang muslimah penghafal Alquran 18 juz, namun gagal karena beberapa alasan. Zaki mengakui, intensitas pergaulannya dengan anak-anak punk juga mengundang kritik dari berbagai pihak, misalnya dari keluarga dan sahabat. Tak sedikit dari mereka juga enggan mengikuti Zaki untuk berdakwah di kalangan minoritas tersebut. Namun, Zaki terus bertahan dan berharap ada teman-teman dai yang mengikuti jejaknya. Terakhir, Zaki mengingatkan dengan tulus, bahwa anak-anak punk dapat pula menjadi agent of change jika saja ada yang terus membimbing dan mengarahkan mereka dalam keislaman.
Punk Muslim dapat dihubungi lewat Ahmad Zaki di 0852 162 88 236 atau http://punkmuslim.multiply.com. (Ind)

Green Day biografi


Green Day adalah sebuah kelompok musikbergenre punk rock yang berasal dari California,Amerika Serikat dan terdiri atas Billie Joe Armstrong(penyanyi utama, gitaris), Mike Dirnt (basis, penyanyi pendukung), dan Tré Cool (pemain drum, penyanyi pendukung). Green Day telah diakui di dunia musik karena keberhasilan mereka dalam mengembalikan dan membuat genre punk rockkembali terkenal, bersama-sama dengan grup musik tahun 1990-an seperti The Offspring danRancid.
Musik mereka telah mempengaruhi banyak kelompok musik beraliran punk lain, seperti Blink 182 dan Good Charlotte.
Grup musik ini telah menjual lebih dari 50 juta album di Amerika Serikat dan lebih dari 100 juta album di seluruh dunia. Green Day telah memenangkan berbagai penghargaan, seperti MTV Video Music Awards dan Nickelodeon Kids' Choice Awards, juga berbagai penghargaan lainnya, serta telah memenangkan 3 Grammy Awards (Best Alternative ALbum untuk Dookie, Best Rock Album untuk American Idiot dan Record of the Year untuk Boulevard of Broken Dreams).

Diskografi

SampulKeterangan

1,039/Smoothed Out Slappy HoursTracks: At the Library, Don't Leave Me, I Was There, Disappearing Boy, Green DayGoing to Pasalacqua16Road to Acceptance, Rest, The Judge's Daughter, Paper Lanterns, Why Do You Want Him?, 409 in Your Coffeemaker, Knowledge, 1000 Hours, Dry Ice, Only of You, The One I Want, I Want to Be Alone

Kerplunk!Lagu: 2000 Light Years Away, One For the Razorbacks, Welcome to Paradise, Christie Road, Private Ale, Dominated Love Slave, One of My Lies, 80, Android, No One Knows, Who Wrote Holden Caulfield, Words I Might Have Ate, Sweet Children, Best Thing in Town, Strangeland, My Generation

Dookie
  • Terbit: 1 Februari 1994
  • Grammy Award for Best Alternative Music Album 1995
  • Chart positions: #2 US, #13 UK, #4 GER
  • Sales: Worldwide: 15 million[3], RIAA certification: 10x Platinum (Diamond), UK 2x Platinum (600,000)
  • Label: Reprise Records
  • Produser: Green Day dan Rob Cavallo
Lagu: Burnout, Having a BlastChumpLongviewWelcome to ParadisePulling TeethBasket CaseSheSassafras RootsWhen I Come AroundComing Clean, Emenius Sleepus, In the End,F.O.D./All By Myself

Insomniac
  • Terbit: 10 Oktober 1995
  • Chart positions: #2 US, #8 UK, #12 GER
  • Penjualan: Worldwide: RIAA certification: 2x Platinum, UK: Silver (60,000)
  • Label: Reprise Records
  • Produser: Green Day dan Rob Cavallo
Lagu: Armatage Shanks, Brat, Stuck With Me, Geek Stink Breath, No Pride, Babs Uvula Who?, 86, Panic Song, Stuart and the Ave., Brain Stew, Jaded, Westbound Sign, Tight Wad Hill, Walking Contradiction

nimrod.
  • Terbit: 14 Oktober 1997
  • Chart positions: #10 US, #3 AUS, #11 UK, #31 GER
  • Penjualan: RIAA certification: 2x Platinum, UK: Silver
  • Label: Reprise Records
  • Produser: Green Day dan Rob Cavallo
Lagu: Nice Guys Finish Last, Hitchin' a Ride, The Grouch, Redundant, Scattered, All the Time, Worry Rock, Platypus (I Hate You), Uptight, Last Ride in, Jinx, Haushinka, Walking Alone, Reject, Take Back, King for a Day, Good Riddance (Time of Your Life), Prosthetic Head

Warning:
  • Terbit: 3 Oktober 2000
  • Chart position: #4 US, #4 UK, #7 AUS, #21 GER
  • Penjualan: Worldwide: RIAA certification: Platinum, UK: Gold (100,000)
  • Label: Reprise Records
  • Produser: Green Day
Lagu: Warning, Blood, Sex, and Booze, Church on Sunday, Fashion Victim, Castaway, Misery, Deadbeat Holiday, Hold On, Jackass, Waiting, Minority, Macy's Day Parade

International Superhits!
  • Terbit: 13 November 2001
  • Chart position: #40 US, #15 UK, #11 AUS, #67 GER
  • Penjualan: Worldwide: RIAA certification: Platinum, UK: Platinum (300,000)
  • Label: Reprise Records
  • Produser: Tracks 1-2 by Jerry Finn and Green Day, Tracks 3-15 by Rob Cavallo and Green Day, Tracks 16-21 by Green Day
Lagu: Maria, Poprocks and Coke, Longview, Welcome to Paradise, Basket Case, When I Come Around, She, J.A.R. (Jason Andrew Relva), Geek Stink Breath, Brain Stew, Jaded, Walking Contradiction, Stuck With Me, Hitchin' a Ride, Good Riddance (Time of Your Life), Redundant, Nice Guys Finish Last, Minority, Warning, Waiting, Macy's Day Parade

Shenanigans
  • Terbit: 2 Juli 2002
  • Chart position: #27 US, #32 UK, #100 GER
  • Penjualan: Worldwide: 2 million
  • Label: Reprise Records
  • Produser: Green Day and Rob Cavallo
Lagu: Suffocate, Desensitized, You Lied, Outsider, Don't Wanna Fall in Love, Espionage, I Want to Be on TV, Scumbag, Tired of Waiting for You, Sick of Me, Rotting, Do Da Da, On The Wagon, Ha Ha You're Dead
Greenday americanidiot.pngAmerican Idiot [2]Lagu: American IdiotJesus of SuburbiaHolidayBoulevard of Broken DreamsAre We The WaitingSt. JimmyGive Me NovacaineShe's a RebelExtraordinary GirlLetterbombWake Me Up When September EndsHomecomingWhatsername

Rabu, 09 November 2011

RESENSI FILM RADIT DAN JANI

Judul Film: Radit dan Jani
Durasi: 110 menit
Produser: Adiyanto Sumarjono
Sutradara: Upi
Naskah: Upi
Rumah Produksi: Investasi Film Indonesia
Pemain: Vino G. Bastian, Fahrani, Mario Merdhitia, Nungki Kusumastuti, Joshua Pandelaki


Radit dan Jani dibuka dengan Radit, sang suami, terlihat memasukkan sejumlah makanan kecil dan bir kedalam jaket kulitnya yang terlalu ketat untuk menyimpan semua barang-barang tersebut.
Sementara istrinya, Jani, merayu penjaga toko dengan penampilan seksi dan suara ‘serak-serak-basah’nya untuk mengalihkan perhatian mereka.

“Dapat ******, sayang?” tanya Radit.

“Nggak ada, sayang,” jawab Jani sebelum akhirnya ****** Radit dengan gaya **** di hadapan kedua penjaga toko culun yang terbengong-bengong menyaksikan mereka.

“Yuk!” ajak Radit.

Radit dan Jani pun melenggang keluar sambil bergandengan tangan dan tertawa renyah.

Sungguh sebuah pembukaan yang mengganggu dan membuat saya mulai mempersiapkan kemungkinan terburuk akan film ini --sutradaranya sudah terlanjur membuat saya muak dengan Realita, Cinta, dan Rock ‘n Roll dan Cerita Yogya dalamomnibus film Perempuan Punya Cerita.

Seiring berjalannya film ini, saya mulai meragukan pandangan mata saya. Cerita berlanjut dengan cukup baik. Radit dan Jani digambarkan sebagai pasangan muda yang berasal dari keluarga mampu, namun tidak disetujui pernikahannya. Mereka hidup morat-marit atas nama cinta.

Jani rela pergi meninggalkan keluarga dan rumah nyamannya untuk menderita bersama Radit yang mengajaknya bermain ABC Pancasila untuk mengusir kelaparan dan menggendongnya saat ia ngambek. Untuk kelanjutannya, saya sarankan kalian menonton film ini! ;)

Konflik cukup jelas sejak film dimulai, sedikit berpanjang-panjang namun mencapai klimaks di waktu yang lumayan tepat, dan berakhir dengan penyelesaian yang tidak antiklimaks --seperti umumnya film layar lebar Indonesia. Cerita film ini cukup nyata dalam keseharian, walau jelas kurang (bahkan kadang sama sekali tidak) realistis di bagian artistik dan kostum --begitu juga film layar lebar Indonesia lainnya. Lihat bagaimana Jani selalu muncul dengan sepatu bermotif jaguar dan tas kulit mahal, dan semua kaos-kaos keren yang dipakai Radit, bahkan ketika ia menjadi kuli bangunan. Cerita dan skenario yang merupakan variabel paling lemah dalam perfilman Indonesia ternyata cukup baik dalam Radit dan Jani.

Tanpa cerita dan skenario yang baik, tentu tidak mungkin menghasilkan film bagus. Seringkali yang terjadi adalah tidak adanya logika dalam bercerita (sekalipun untuk sebuah film). Misalnya salah satu tokoh di Cerita Yogya yang awalnya ditunjukkan sebagai perempuan galak yang mengonfrontasi teman-teman prianya yang membuat salah satu sahabatnya hamil. Ia akhirnya menjadi korban paling menderita akibat kebodohan yang bahkan lebih buruk daripada sahabatnya yang ternyata ‘digilir’ oleh sekelompok teman pria pacarnya. Ia bahkan digambarkan sebagai perempuan muda yang labil dan tidak punya harga diri. Radit dan Jani menawarkan karakter yang digarap cukup mendalam.

Radit, pria dengan ambisi menjadi musisi terkenal, terjerat narkoba dan diperlihatkan perlahan-lahan kehancurannya. Dimulai dari mencuri, mengacaukan perjalanan karir kelompok musiknya, dan seterusnya. Semua tindakannya sesuai dengan statusnya sebagai pria pencandu narkoba. Emosinya yang naik turun, sifat pencemburu, pengorbanannya demi apa yang dipercayanya sebagai cinta, dan masa-masa ia mulai ketagihan narkoba, berhasil digambarkan cukup baik.

Begitu juga dengan Jani, perempuan muda yang sesuai dengan zaman dan umurnya tidak mempunyai cita-cita, sangat memperhatikan kecantikan dan penampilan, bergaya-hidup ‘pemberontak’ (harus saya beri tanda kutip, karena sebenarnya tidak sedemikianrebel seperti yang digembar-gemborkan sutradaranya). Sebagai perempuan yang berasal dari keluarga mampu, ia juga mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan karakternya. Seperti pulang pada saat butuh uang dan tidak bisa menahan emosi apabila diganggu harga dirinya.

Film diakhiri sesuai dengan pernyataan Upi Avianto, selaku sutradara dan penulis skenario, yang mengatakan bahwa film ini beraliran drama romantis yang ‘brutal’. Walaupun dalam hal ini, saya tidak setuju penggunaan bahasa Inggris --brutally romantic movie-- dan bahasa Indonesia yang amburadul dalam pernyataannya di situs resmi Radit dan Jani. Cerita cinta yang ‘kasar’ --dalam pernyataan Upi-- dengan panggilan sayang ‘bodoh’ ketimbang sayang, perkelahian yang lumayan seru, kecemburu-butaan Radit, dan pembelaan Jani terhadap Radit di hadapan keluarganya, berhasil disampaikan dengan cukup baik.

Walaupun diakhiri dengan adegan yang menurut saya tidak penting, memperlihatkan Jani dan suami barunya yang ‘ideal’ sedang bermain dengan anaknya, Kirana, saat Radit datang dan memberi hadiah untuk sang anak, saya tetap terkejut. Saya masuk kedalam bioskop dengan ekspetasi pada titik nol, bahkan harapan untuk dapat memaki satu lagi karya insan perfilman Indonesia.